Peringatan Hari Kartini SMP N 1 Sluke.. Diisi dg aneka lomba..
hmm Amazing.. sukses dan Bravo selalu buat SMPN 1 Sluke..
Sesi Pembukaan Penataran
di Hotel Lorin Syariah Solo', biarpun lagi spaneng, tapi tetep axiz aja khan?? Pak Wahononya lagi dapet orderan udang windu kanyaknya nih, ato Batu AKIK Pak?
Kumpul Kangen Keluarga besar anak didik SMPN 1 Sluke
Moment Indah Inthan Phutriy bersama Auldya Lestari, ÇHúèxz, de-eL-eL di SMPN 1 Sluke.
Pendampingan Pelaksanaan Kurikulum 2013
Tingkat SMP Bagi Tim Pengembang Kurikulum 2013 se Kabupaten/Kota Jawa Tengah.
Moment Ekspresi Diri yang Apik
Gladi bersih Pelatihan Persiapan Terbang ke Bulan..
Minggu, 01 November 2015
Kisah Inspiratif Siti Fatima, Pemenang OSN bidang Astronimo
berikut sepenggal kisah dari Siti Fatima, Pemenang OSN di Bidang Astronomi |
kita adalah putra putri pilihan Tuhan dan Bangsa ini
saya pernah berada di posisi kalian
merasakan kecemasan dan semangana yang sama
ikut OSN bukan hanya untuk mendapatkan mendali
jika kalian ingin mendali, maka pantaskan diri kalian untuk mendali tersebut
bukan hanya pantas untuk menjadi orang yang hebat dan berprestasi
tapi juga pantas untuk menjadi orang yang akan mempertanggungawabkan medali itu di masa depan
berikut sepenggal kisah dari Siti Fatima, Pemenang OSN di Bidang Astronomi
kisah video selanjutnya silahkan simak video inspiratif berikut,
semoga bisa memberi motivasi dan makna yang positif...
silahkan like dan follow artikel di blog ini..
untuk mendapatkan beberapa artikel yang bermanfaat..
salam authour
Kisah Inspiratif Siti Fatima, Pemenang OSN Bidang Astronomi
Sabtu, 31 Oktober 2015
TIK diharapkan mampu meningkatkan profesionalisme GURU- PB PGRI
PB PGRI sebagai fasilitator pelatihan kali ini, berharap para guru dapat dengan mudah menyerap keahlian bidang TIK yang diajarkan oleh para instruktur. |
Suara Guru – Jakarta. Menindaklanjuti penandatanganan kerjasama antara PB PGRI dan Intel pada hari senin – selasa tanggal 3-4 november 2014 di Gedung Guru Indonesia. Acara ini dibuka langsung oleh Sekjen PB PGRI Muh. Qudrat Nugraha,Ph.D. dan para peserta yang hadir berasal dari tenaga kependidikan semua jenjang level pendidikan dari SD/MI sampai dengan SMA/SMK/MA se-DKI Jakarta.
Dalam kesempatan ini, bertindak sebagai intruktur Ali Ishak, S.Sos dan Budi yang kedua berasal dari Intel Indonesia Corporation. Program pelatihan yang diadakan selama 2 (dua) hari ini diharapkan dapat meningkatkan keahlian para pengajar di sekolahnya masing – masing serta dapat mengimplementasikan program TIK dalam kurikulum 2013.
PB PGRI sebagai fasilitator pelatihan kali ini, berharap para guru dapat dengan mudah menyerap keahlian bidang TIK yang diajarkan oleh para instruktur. Harapan ini begitu besar dikarenakan pelatihan ini tak sekedar teori melainkan langsung melaksanakan praktek. Kedepannya, para guru yang sudah mengikuti pelatihan ini dapat menularkan keilmuannya kepada rekan sejawatnya serta para murid di sekolah. Sehingga impian indonesia terbebas dari buta teknologi informasi dan komunikasi segera terwujud. Semoga. (TYS)
sumber: http://pgri.or.id/berita-pilihan/berita-pilihan/meningkatkan-profesionalisme-guru-melalui-tik
Alasan mengapa Finlandia memiliki sistem pendidikan terbaik di Dunia
Fantastiknya, dalam evaluasi belajar, angka ketidak lulusan secara nasional tidak pernah melebihi 2 persen pertahunnya |
Mengejutkan. Ternyata negara yang paling oke tata kelola pendidikannya bukanlah Amerika Serikat, Jepang atau Jerman. Akan tetapi, kiblat pendidikan dunia saat ini mengarah ke negara Finlandia. Amerika Serikat sendiri berada jauh dibawah level Finlandia, tepatnya di urutan ke-17. Lalu, dimana daya tariknya sistem pendidikan di Finlandia dengan negara-negara lainnya khususnya Indonesia? Jawabannya adalah di kemandirian siswa dan gurunya.
Di Finlandia kemandirian dalam mengikuti proses belajar mengajar itu tidak hanya dinikmati oleh guru-gurunya yang begitu dihormati tetapi juga ditularkan kepada para pelajar melalui berbagai kesempatan-kesempatan penting. Salah satunya dimana setiap pelajar diberi otonomi khusus untuk menentukan jadwal ujiannya untuk mata pelajaran yang menurutnya sudah dia kuasai. Sistem inilah yang dipertahankan oleh Finlandia hingga akhirnya berhasil mengantarkan negara ini berada pada posisi puncak sebagai negara yang paling berhasil mengelola pendidikan nasionalnya.
Fantastiknya, dalam evaluasi belajar, angka ketidak lulusan secara nasional tidak pernah melebihi 2 persen pertahunnya. Finlandia juga tidak mengenal istilah ujian semester apalagi ujian nasional layaknya ditanah air. Evaluasi belajar secara nasional dilakukan tanpa ada intervensi pemerintah sekali pun. Karena setiap sekolah bahkan guru berkuasa penuh untuk menyusun kurikulumnya sendiri. Jadi jangan pernah berhayal bahwa guru-guru di Finlandia disibukkan untuk mengejar terget-target tertentu karena di negeri ini guru selalu menyesuaikan bahan ajarnya dengan kebutuhan setiap pelajar. Jadi, di Finlandia siapa pun presidennya dan menteri pendidikannya tidak akan berpengaruh signifikan terhadap masa depan pendidikan. Karena fungsi pemerintah dalam memajukan sektor pendidikan adalah dukungan finansial dan legalitas. Mau bagaimana caranya, maka gurulah yang berwewenang atas itu karena guru dipandang sebagai sosok yang paling mengerti mau dimana wajah pendidikan Finlandia dibawa dimasa yang akan datang. Sistem ini telah berdampak positif kepada pola cara mengajar guru yang tidak terlalu dipusingkan oleh hiruk pikuknya politik nasional negaranya.
Keseriusan negara Finlandia menyokong keberhasilan pendidikan nasionalnya dibuktikan dengan diterapkannya kebijakan gratis sekolah 12 tahun. Kerenkan?
Guru-guru Finlandia adalah lulusan terbaik setiap perguruan tinggi dan mereka harus masuk dalam kelompok 10 besar lulusan terbaik. Jika tidak, jangan pernah bermimpi jadi guru di negeri ini. Itulah sebabnya guru-guru di Finlandia betul-betul berdedikasi tinggi. Gajinya besar dong? Tidak. Guru-guru Finlandia justru digaji dengan gaji secukupnya bahkan bisa dikatakan kurang memadai. Tetapi gurunya begitu menikmati profesinya hal ini karena mayoritas masyarakat Finlandia begitu menghormati dan menghargai profesi seorang guru. Di Finlandia hanya ada guru-guru dengan kualitas terbaik dengan pelatihan terbaik pula. Profesi guru sendiri adalah profesi yang sangat dihargai, meski gaji mereka tidaklah fantastis. Lulusan sekolah menengah terbaik biasanya justru mendaftar untuk dapat masuk di sekolah-sekolah pendidikan, dan hanya 1 dari 7 pelamar yang bisa diterima. Persaingannya lebih ketat daripada masuk ke fakultas hukum atau kedokteran!
Jika negara-negara lain percaya bahwa ujian dan evaluasi bagi siswa merupakan bagian yang sangat penting bagi kualitas pendidikan, Finlandia justru percaya bahwa ujian dan testing itulah yang menghancurkan tujuan belajar siswa. Terlalu banyak testing membuat kita cenderung mengajarkan kepada siswa untuk semata lolos dari ujian, ungkap seorang guru di Finlandia. Pada usia 18 th siswa mengambil ujian untuk mengetahui kualifikasi mereka di perguruan tinggi dan dua pertiga lulusan melanjutkan ke perguruan tinggi. Siswa diajar untuk mengevaluasi dirinya sendiri, bahkan sejak Pra-TK!
Ini membantu siswa belajar bertanggungjawab atas pekerjaan mereka sendiri, kata Sundstrom, kepala sekolah di SD Poikkilaakso, Finlandia. Siswa didorong untuk bekerja secara independen dengan berusaha mencari sendiri informasi yang mereka butuhkan. Suasana sekolah sangat santai dan fleksibel. Adanya terlalu banyak komando hanya akan menghasilkan rasa tertekan, dan mengakibatkan suasana belajar menjadi tidak menyenangkan. Kelompok siswa yang lambat mendapat dukungan intensif. Hal ini juga yang membuat Finlandia sukses. Berdasarkan penemuan PISA, sekolah-sekolah di Finlandia sangat kecil perbedaan antara siswa yang berprestasi baik dan yang buruk dan merupakan yang terbaik menurut OECD. Remedial tidaklah dianggap sebagai tanda kegagalan tapi sebagai kesempatan untuk memperbaiki. Seorang guru yang bertugas menangani masalah belajar dan prilaku siswa membuat program individual bagi setiap siswa dengan penekanan tujuan-tujuan yang harus dicapai, umpamanya: Pertama, masuk kelas; kemudian datang tepat waktu; berikutnya, bawa buku, dlsb. Kalau mendapat PR siswa bahkan tidak perlu untuk menjawab dengan benar, yang penting mereka berusaha. Para guru sangat menghindari kritik terhadap pekerjaan siswa mereka. Menurut mereka, jika kita mengatakan “Kamu salah” pada siswa, maka hal tersebut akan membuat siswa malu. Dan jika mereka malu maka ini akan menghambat mereka dalam belajar. Setiap siswa diperbolehkan melakukan kesalahan. Mereka hanya diminta membandingkan hasil mereka dengan nilai sebelumnya, dan tidak dengan siswa lainnya.
Setiap siswa diharapkan agar bangga terhadap dirinya masing-masing. Ranking hanya membuat guru memfokuskan diri pada segelintir siswa tertentu yang dianggap terbaik di kelasnya. Ditanah air Indonesia, sebenarnya sistem pendidikan Finlandia telah terterapkan sejak tahun 1961 melalui wadah gerakan pramuka. Apa yang berlaku di Finlandia jelas-jelas merupakan sistem pendidikan yang berlalu di gerakan pramuka. Dimana setiap kecakapan dan keterampilan dibidang tertentu yang dimiliki oleh setiap anggota pramuka, bila sudah merasa mampu bisa mengusulkan diri untuk di uji. Disamping itu, setiap 32 orang anggota pramuka dibina oleh 3 orang pembina secara terus menerus. Akan tetapi sistem pendidikan kepanduan ditanah air ini tidak mendapat respon yang positif ditanah air.
Buktinya kendati berhasil melahirkan kader-kader bangsa yang mandiri, negara ternyata tidak berani mengalokasikan dana BOS yang ada pada setiap sekolah untuk sepersekian persen wajib dipergunakan untuk mengelola gerakan pramuka di gugus depan. Pendidikan nasional kita yang masih sarat dengan kepentingan politik kepala daerah menjadikan potret pendidikan begitu semraut. Pelaksanaan UN yang jelas lebih banyak mudharatnya daripada manfaatnya selalu dipertahankan untuk alasan yang tidak jelas. Bahkan ironisnya lagi, UN telah mengajarkan bangsa ini bagaimana berlaku curang dan menipu. Gilanya lagi peserta UN dikawal dan diamati setiap detik melalui layar CCTV. Seperti teroriskan. Cara-cara gila ini begitu dibangga-banggakan oleh pemerintah bahkan institusi pendidikan sendiri. Padahal metode ini punya dampak physicologi bagi para pelajar dimana UN benar-benar menjadi beban berat.
Jadi jangan heran bila di Nias pada hari pertama UN ada siswa yang meninggal dunia begitu menerima lembar soal ujian.
Finlandia tidak pernah membebani muridnya untuk hal-hal yang kurang bermutu atau mengurangi ke-kreativitasan seorang anak setelah meninggalkan rumah sekolah. Maka, tugas tugas (PR), les tambahan dan bimbingan ini dan itu nyaris tidak pernah ada di Finlandia. Bagaimana dengan tanah air? Tekanan yang begitu berat sangat terasa apalagi menjelang ujian nasional. Setiap murid selalu diberi les tambahan yang berlebihan, pelajar di wajibkan mengikuti Tryout hampir tiap bulan dengan alasan untuk mengukur kemampuan siswa. Dirumah disuguhi lagi dengan tugas-tugas berat bahkan ada lagi menu les tambahan yang ditawarkan padahal nuansa bisnisnya lebih terasa daripada urgensinya bagi peserta didik. Repot bukan? Alhasil, pelajar tanah air lahir dan besar tanpa pernah mempergunakan otaknya untuk berkreativitas. Generasi muda pun besar penuh dengan tekanan. Jadi jangan heran, walaupun lulus UN 100 persen ternyata persentasi lulus SMPTN berbanding terbalik dengan kelulusan UN.
Inilah setidaknya potret pendidikan kita dewasa ini. Indonesia jatuh kepada tingkat kekhawatiran yang terlalu berlebihan. Alih-alih untuk mencerdaskan bangsa tetapi cara-cara yang dilakukan justru mengantarkan bangsa ini kelembah kehancuran. Oleh karena itu kita perlu berbenah. Mengembalikan sistem pendidikan kezaman dahulu kala (seperti cerita orangtua kita) dimana setiap anak dan orangtua begitu menghormati guru perlu kita lakukan. Guru harus diberi otoritas penuh untuk mengatur kurikulumnya sendiri. Setiap anak juga tidak dibebani dengan tugas ini dan itu. Bahkan birokrasi pendidikan kita yang berbelit-belit perlahan-lahan harus dikurangi. Wajib belajar 12 tahun mutlak harus dilakukan tentunya dengan biaya gratis.
Tidak hanya itu wajar 12 tahun itu harus dengan satu izajah saja yaitu izajah SMA. Sedangkan untuk SD dan SMP tidak lagi mengeluarkan izajah mengingat tuntutan dunia kerja saat ini pun izajah dua jenjang pendidikan ini tidak begitu diperlukan. Oleh karena itu, perpindahan dari tingkat SD ke SMP cukuplah dengan nilai rapor begitu juga dari SMP ke SMA. Maka evaluasi belajar secara nasional hanya dilakukan dijenjang SMA ketika yang bersangkutan akan melanjut keperguruan tinggi atau merambah dunia kerja. Menggratiskan pendidikan dinegara ini bukanlah hal yang mustahil. Bukankah 40 persen APBN kita mark-up dan 30 persennya dikorupsi. Jadi andai pengelolaan keuangan negara kita ditata dengan baik maka tidak mustahil dimasa-masa yang akan datang biaya pendidikan kita yang saat ini ditampung 20 persen dalam APBN kedepannya akan meningkat menjadi 50 persen.
Bila sudah demikian, bukankah pendidikan kita sudah bisa digratiskan.
Beberapa hal yang mungkin bisa ditiru, dari sistem pendidikan yang ada di Finladia, diantaranya :
1. Anak Finlandia tidak memulai sekolah sampai usia mereka 7 Thn. ( Bandingkan dengan para orangtua di Indonesia justru bangga anaknya sekolah pada usia dibawah usia 7 tahun. bahkan dengan beben pembelajaran yang berat.)
2. Tidak di bebani Ujian dan PR, sampai menjelang usia mereka remaja.
3. Anak-anak tidak diukur sama sekali selama enam tahun pertama pendidikan mereka. ( Pada sistem pendidikan kita , Murid SD sampai stress karena sering ditakuti Pihak sekolah, dengan seabreg Ujian, Padahal terkadang anak sering tidak diajar).
The children are not measured at all for the first six years of their education.
4. Hanya ada satu tes standar wajib di Finlandia, yang diambil ketika anak-anak berusia 16 Tahun. ( Bandingkan dengan sistem ujian ujian di SMP dan SMA, Ditambah UN, bukan saja membuat Lembaga pendidikan tidak jujur, Anak hanya dihargai Otaknya saja, Minus bakat dan Minat,)
5. Tidak ada Kelas Unggulan,semua kemampuan berada pada kelas yang sama. Dan terbukti akhirnya RSBI /RSI di indonesia oleh MK dicabut keberadaanya, karena akan tercipta kasta kasta baru dalam dunia pendidikan.
6.Finlandia menghabiskan sekitar 30 persen lebih untuk biaya pendidikan per siswa mengungguli Amerika Serikat.
7. 30 persen anak-anak menerima bantuan tambahan selama sembilan tahun pertama mereka sekolah.
8. 66 persen siswa masuk ke perguruan tinggi.Dan tertinggi di erofa
9. Nyaris semua siswa memilki kemampuan akademis yang merata
10. Kelas sains maksimal 16 siswa sehingga mereka dapat melakukan eksperimen praktis dalam setiap kelas. Science classes are capped at 16 students so that they may perform practical experiments in every class.
11. 93 persen masyarakat Finlandia lulus dari SMA.bahkan17,5 peresen lebih tinggi dari AS .
12. 43 persen dari Finlandia siswa sekolah menengah pergi ke sekolah kejuruan. 43 percent of Finnish high-school students go to vocational schools.
13.Siswa SD mendapatkan 75 menit dari istirahat sehari di Finlandia dibandingkan rata-rata 27 menit di Amerika Serikat.
14. Guru hanya menghabiskan 4 jam sehari di dalam kelas, dan mengambil 2 jam seminggu untuk “pengembangan profesional.” Teachers only spend 4 hours a day in the classroom, and take 2 hours a week for “professional development.”
15. Finlandia memiliki jumlah guru sebanyak di New York City, namun siswa jauh lebih sedikit. Dengan perbandingan 600.000 siswa di finlandia dengan 1,1 juta di NYC.
http://pgri.or.id/berita-pilihan/berita-pilihan/mengapa-finlandia-memiliki-sistem-pendidikan-terbaik-di-dunia
Sumber: http://www.kaskus.co.id/post/52d73801ffca171b7a8b45e4#post52d73801ffca171b7a8b45e4
PGRI meminta Tunjangan Profesi Guru segera dibayarkan!!
PGRI menerima banyak pengaduan, pembayaran TPG tahun ini lebih jelek dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. |
PGRI meminta pemerintah dan pemerintah daerah segera mencairkan tunjangan profesi guru (TPG) sebelum lebaran. "Dana sudah tersedia. Guru yang akan dibayar sudah jelas. Jadi harap segera diberikan hak guru itu", tegas Ketua Umum PB PGRI, Sulistiyo.
Sesuai Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 241/PMK.07/2014 Pasal 21 Ayat (1) dinyatakan bahwa Penyaluran TP Guru PNSD dilaksanakan secara Triwulanan, yaitu Triwulan I pada bulan Maret, Triwulan II pada bulan Juni, Triwulan III pada bulan September, dan Triwulan IV pada bulan Nopember. Mestinya sesuai PMK itu, TPG triwulan II ini paling lambat harus dibayar Juni 2015. Ini sudah bulan Juli, maka harus segera dibayarkan, baik guru di bawah kemdikbud maupun kemenag, baik PNS maupun Non-PNS.
Sulistiyo, yang juga Anggora DPDRI Komite III, meminta, sisa TPG tahun 2014 yang belum dibayarkan, misalnya para guru TK Non-PNS yang masih sisa 5 bulan sesuai janji kemdikbud akan dibayar tahun 2015 juga agar segera dibayarkan.
PGRI menerima banyak pengaduan, pembayaran TPG tahun ini lebih jelek dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Banyak juga yang sampai sekarang SKPT-nya belum terbit. "Banyak masalah yang berkaitan dengan jumlah jam mengajar, mutasi guru, jumlah siswa, linieritas yang harus diselesaikan", jelas Sulistiyo.
"Guru yang sakit keras sehari, masa TPG-nya tidak dibayarkan. Itu tidak manusiawi. Demikian juga, juga guru SD yang mengajar di daerah terpencil siswanya kurang dari 20 dia tidak bisa menerima TPG. Siapa yang akan mau mengajar di daerah terpencil itu?", Kemdikbud dan Kemenag perlu cari solusi terhadap berbagai persoalan itu, bukan menambah maslah yang mempersulit guru.
Guru Honorer
Pemerintah dan pemerintah daerah juga perlu memikirkan nasib guru honorer. Sambil menata mereka secara kepegawaian dan kesejahteraannya, pikirkan menjelang lebaran ini. Cobalah bantu mereka. "Harga-harga semakin mahal, gaji semakin kecil, kerja semakin berat, masa depan tidak jelas", papar Sulistiyo.
sumber: http://pgri.or.id/berita-pilihan/berita-pilihan/pgri-meminta-tpg-segera-dibayarkan
Program UKG, tak pelak membuat sebagian guru Ketar Ketir
"Jika ada guru yang tidak mencapai batas nilai kelulusan 5,5 pada poin atau modul tertentu, maka guru tersebut akan diikutsertakan dalam diklat untuk bagian-bagian tersebut |
JAKARTA - Uji Kompetensi Guru (UKG) menjadi sumber kecemasan sebagian guru. Pasalnya, masih ada guru yang mengaitkan UKG dengan Tunjangan Profesi Guru (TPG).
Sekretaris Jenderal Federasi Guru Independen Indonesia (FGII), Iwan Hermawan menegaskan, para guru tidak perlu khawatir dengan UKG. "Guru-guru jangan mudah terpengaruhi oleh isu yang beredar di media sosial untuk memboikot UKG," ujar Iwan dalam pesan singkat kepada Okezone, Selasa (27/10/2015).
UKG sendiri hanyalah alat ukur untuk memetakan kompetensi guru dalam menjalani profesinya. Nantinya, hasil UKG akan menjadi dasar penentuan standar pelatihan dan pendidikan yang akan diberikan kepada para guru, bukan menentukan besaran TPG.
"Jika ada guru yang tidak mencapai batas nilai kelulusan 5,5 pada poin atau modul tertentu, maka guru tersebut akan diikutsertakan dalam diklat untuk bagian-bagian tersebut. Pelatihan ini sepenuhnya dibiayai oleh pemerintah," ujarnya
Di sisi lain, kata Iwan, pihaknya berharap pemerintah memberikan penghargaan kepada guru dengan prestasi baik. "Misalnya dengan memberikan kesempatan untuk menempuh pendidikan di luar negeri," tambahnya.
Tahun ini UKG dalam jaringan (daring) dijadwalkan akan berlangsung pada 9-27 November. Sedangkan UKG luar jaringan (luring) akan dihelat pada 24 November. UKG mengujikan 60 soal atau 120 soal, tergantung mata pelajaran dan program keahlian yang harus diselesaikan guru. Semua soal tersebut harus dikerjakan dalam waktu 120 menit.
sumber: http://news.okezone.com/read/2015/10/27/65/1238766/guru-tak-perlu-boikot-ukg
Woww.. Rp 77 Triliun anggaran pemerintah untuk tunjangan guru tahun depan
Pranata menyebut, kenaikan tunjangan itu disebabkan berbagai hal. Di antaranya karena meningkatnya jumlah guru yang memiliki sertifikat pendidik. |
JAKARTA - Tahun ini pemerintah menganggarkan Rp77 triliun untuk tunjangan guru. Tahun depan, angka tersebut akan bertambah.
"Anggraan tunjangan tersebut akan naik menjadi Rp80 triliun, dengan Rp7 triliun di antaranya untuk guru-guru non PNS. Dari jumlah itu, Rp73,6 triliun rupiah ditransfer daerah ke kabupaten dan kota seluruh Indonesia," ungkap Dirjen Guru dan Tenaga Kependidikan, Sumarna Supranata, di Kemendikbud, Rabu (30/9/2015).
Pranata menyebut, kenaikan tunjangan itu disebabkan berbagai hal. Di antaranya karena meningkatnya jumlah guru yang memiliki sertifikat pendidik.
"Tahun ini akan ada 166 ribu guru yang menjalani proses sertifikasi. Nah, uang tunjangannya sudah dianggarkan sekira Rp3 triliun meski guru tersebut belum lulus pada program sertifikasi," imbuh Pranata.
Selain itu, kenaikan tunjangan juga disebabkan adanya kenaikan gaji pokok sekira lima atau tujuh persen. Faktor lainnya, kenaikan pangkat dan golongan para guru.
"Dana tunjangan guru untuk periode ini akan disalurkan pada 9-16 Oktober. Dan akan diterima mereka yang berhak," tuturnya.
sumber: http://news.okezone.com/read/2015/09/30/65/1223642/tunjangan-guru-naik-tahun-depan